Hosting Gratis

Search

Perhatian

Sebelumnya Penulis minta maaf jika anda terganggu karena ada nya iklan di Blog Saya, jika anda mengeklik halaman ini. Penulis Minta maaf sebesar-besarnya kepada pengunjung blog karena Iklan ini merupakan bawaan Tema yang ada !
Sekali lagi Penulis Minta maaf

Artikel Terbaru

Seni Batik Tradisional

Iya, kali ini saya akan membahas tentang seni batik. Kenapa saya membahas seni batik ?

dikarenkan pada saya liat arsip-arsip yang ada diflashdisk saya, lalu saya menemukan artikel tentang seni batik.
Artikel seni batik ini adalah salah satu tugas kelas 9h di Smpn 15 Bandung angkatan 2010-2011, baiklah dari pada lama-lama mari kita mulai saja teorinya :


SENI BATIK


          Seni batik pada dasarnya merupakan seni lukis dengan  bahan: kain, canthing dan malam ‘sebangsa cairan lilin’. Canthing biasanya berbentuk seperti mangkuk kecil dengan tangki (pegangan) terbuat dari kayu atau bambu dan bermoncong satu atau lebih. Canthing yang bermoncong satu untuk membuat garis, titik atau cerek, sedangkan canthing yang bermoncong beberapa (dapat sampai tujuh) dipakai untuk membuat hiasan berupa kumpulan titik-titik.
                    Sekarang ini ada beberapa daerah yang masih dapat dikatakan sebagai daerah pembatikan tradisional. Daerah yang dimaksud antara lain:Surakarta, Yogyakarta, Cirebon, Indramayu, Garut, Pekalongan, Lasem, Madura, Jambi, Sumatera Barat, Bali dan lain-lain.
          Surakarta atau Surakarta Hadiningrat juga dikenal dengan nama Solo merupakan ibukota kerajaan dari Karaton Surakarta Hadiningrat. Surakartamerupakan pusat pusat pemerintahan, agama dan kebudayaan. Sebagai pusat kebudayaan Surakarta tidak dapat dilepaskan sebagai sumber seni dan ragam hias batiknya. Ragam hias batik umumnya bersifat simbolos yang erat hubungannya dengan filsafat Jawa-Hindu, misalnya :
a)      Sawat atau hase ‘sayap’ melambangkan mahkota atau perguruan tinggi.
b)      Meru ‘gunung’ melambangkan gunung atau tanah
c)      Naga ‘ular’ melambangkan air (tula atau banyu)
d)      Burung melambangkan angin atau dunia atas
e)      Lidah api melambangkan nyala api atau geni
          Penciptaan ragam hias batik tidak hanya memburu keindahannya saja, tetapi juga memperhitungkan nilai filsafat hidup yang terkandung dalam motifnya. Yang dalam filsafat hidup tersebut terkandung harapan yang luhur dari penciptanya yang tulus agar dapat membawa kebaikan dan kebahagiaaan pemakainya. Beberapa contoh :
a.  Ragam hias slobong, yang berarti agak besar atau longgar atau lancar yang dipakai untuk melayat dengan harapan agar arwah yang meninggal dunia tidak mendapat kesukaran dan dapat diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.
b.  Ragam hias sida mukti, yang berarti ‘jadi bahagia’, dipakai oleh pengantin pria dan wanita, dengan harapan agar pengantin terus-menerus hidup dalam kebahagiaan.
          Dengan demikian dapatlah dinyatakan bahwa ragam hias dalam seni batik aturan dan tata cara pemakainya menyangkut harapan pemakainya. Disamping itu, khusus di Karaton Surakarta, ragam hias batik (terutama kain batik) dapat menyatakan kedudukan sosial pemakainya, misalnya ragam hias batik parang rusak barong atau motif lereng hanya boleh dipakai oleh raja dan putra sentana. Bagi abdi dalem tidak diperkenankan memakai ragam hias tersebut.
          Seni batik bagi Karaton Surakarta merupakan suatu hal yang penting dalam pelaksanaan tata adat  busana tradisional Jawa, dan dalam busana tradisional  ini kain batik memegang peranan yang cukup penting bagi pelestarian dan pengembangan seni budaya jawa kedepan  
Kain Batik Tertentu Dipercaya Daya Gaib Kepada Pemakainya.
          Jangan sembarang memakai batik, motif batik tertentu dipercaya memberikan kekuatan pada pemakainya. Maka si pemakai juga bukan orang sembarangan, batik jenis itu disebut batik larangan.
          Batik larangan banyak tersebar di Yogyakarta, Surakarta danCirebon. Di tiga daerah itu ada karaton yang dihuni oleh para Sultan. Disana batik berperan penting dalam upacara tradisional karaton. Pelbagai motif khusus masih diakui menjadi milik karaton antara lain : Kawung Parang, Cemukiran, Udan Liris dan Alas-Alasan.
Kawung
          Corak ini bermotif bulatan mirip buah kawung (sejening kepala) yang ditata rapi secara geomatris. Palang hitam-hitam dalam bulatan diibaratkan biji kawung untuk orang Jawa, biji itu lambang kesuburan.
          Motif kawung juga bisa diinterprestasikan sebagai gambar lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang merekah. Lotus melambangkan umur panning dan kesucian.
          Beberapa variasi kawung adalah ceplok, truntum dan sidomukti. Salah satu variasi lain tumbal, diperuntukkan kaum brahmana dan cendekiawan.
Parang
          Corang itu berpola pedang yang menunjukkan kekuatan atau kekuasaan, karenanya batik bercorak parang diperuntukkan para ksatya dan penguasa. Menurut kepercayaan, corak parang harus dibatik tanpa salah agar tak menghilangkan kekuatan gaibnya.
          Kalau berpola pisau belati atau keris , batik bercorak parang boleh dipakai oleh tiap orang dan dipercaya membawa rezeki dan menjauhkan dari penyakit. Variasinya : Parang Rusak, Parang Barong dan Parang Klitik.
          Komposisi miring pada parang menandakan kekuatan dan gerak cepat, yang dipercaya memberi kekuatan magis pada batik bercorak parang itu adalah mlinjon, pemisah komposisi miring berbentuk seperti ketupat.
 Sawat
          Corak ini ditandai dengan lukisan sayap atau lar, baik yang berpasangan maupun yang tunggal. Sayap itu mengibaratkan garuda, menurut mitologi Hindu-Jawa, garuda adalah burung yang bertubuh dan berkaki seperti manusia, namun bersayap dan berkepala seperti burung. Corak parang yang diberi tambahan lar garuda hanya boleh digunakan oleh raja dan putranya.
Batik Sebagai Busana Dalam Tatanan dan Tuntunan
          "Rum Kuncaraning Bangsa Dumunung Haneng Luhuring Budaya" sabda dari Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakoe Boewono X dari Karaton Surakarta Hadiningrat itu mempunyai arti harumnya nama dan tingginya derajat suatu bangsa terletak pada budayanya.
          Melihat keberadaan batik Surakarta pada saat ini, di rasa cukup memprihatinkan mengingat pada saat ini orang hanya bisa mengenakan, namun ternyata sedikit yang bisa memahami makna batik secara budaya. Lebih dari itu di saat orang asing tertarik untuk mempelajari berbagai hal tentang batik, justru orang Jawa sebagai pemilik sebagai pemilik budaya batik  nampaknya sedikit yang memperdulikannya.
          Sedangkan bagi orang luar termasuk orang asing atau mancanegara diharapkan buku ini dapat memberikan informasi yang lebih mendalam tentang bathik Surakarta serta dapat menumbuhkan cakrawala baru bahwa batik, khususnya Gaya Surakartan bukan sekedar pakaian namun riwayatnya memuat filosofi yang luhur
Pengertian Bathik
          Para penulis buku tentang bathik terdahulu, banyak yang menuliskan kata "Bathik" dengan "Batik" atau huruf yang seharusnya "tha" ditulis dengan "ta". Dimana bathik menurut penulis bathik-bathik terdahulu diartikan menurut "Jarwadhosok" yaitu "Ngembat Titik" atau "Rambataning Titik-Titik". Dimana dari "Jarwaodhosok" tersebut dimaksudkan bahwa bathik merupakan rangkaian dari titik-titik.
          Namun demikian, pemaknaan bathik seperti itu itu penulis tidak tepat atau bahkan dapat dikatakan salah. Karena jika dilihat dari huruf Jawa yang dipergunakan dalam menuliskan bathik adalah…… bukannya…… yang menggunakan huruf ta. Sehingga kalau mengacu pada penulisan tersebut bathik kalau di "Jarwodhosok" kan akan menjadi ngembat "thithik atau rambating" thithik-thithik".
          Dilihat dari hal itu arti bathik secara "Jarwadhosok" tidaklah tepat, hanya sekedar "dolanan tembung" (bermain kata-kata) saja. Dalam budaya Jawa bathik tidak dapat diartikan hanya dengan satu dua kata ataupun padanan kata tanpa penjelasan lanjut. Karena bathik merupakan suatu hasil dari proses yang panning mulai dari melukis motif hingga pada tahap akhir proses "babaran". Yang menjadi ciri utama dari bathik adalah di dalam proses tersebut dipergunakan bahan utama berupa mori, malam (lilin) dan pewarna.
          Dalam buku "Peatingkahing Adamel Sinjang", proses pembuatan bathik ada dua macam yang keduanya memiliki perbedaan mendasar. Yang kemudian dari perbedaan proses tersebut menghasilkan dua jenis bathik, yaitu bathik carik dan bathik cap. Perbedaan yang mendasar itu terletak pada proses awal pembuatan bathik, dimana pada bathik carik pembuatan pola awal motif bathik digambar menggunakan pensil. Yang kemudian ditindas dengan " malam " menggunakan canting. Sedangkan pada bathik cap, pola atau motif bathik dibuat dengan menggunakan cap atau stamp yang terbuat dari tembaga. Cap tersebut dibasahi dengan malam dan langsung dicapkan pada mori putih, jadi tanpa menggunakan pola dari pensil dan tanpa menggunakan canthing. Dalam proses selanjutnya kedua jenis bathik ini menggunakan cara yang sama.  
Falsafah agraris Batik
          Erat sekali hubungan antara motif ( gambar) batik dengan lingkungan alam sekitarnya. Bentuk dan warna biji dan bungan menjadi inspirasi dari motif ( gambar) batik yang dibuat sedemikian indah oleh seniman tradisional yang kreatif menghasilkan pelbagai gambar/ motif dengan makna filosofisnya yayangh dalam. Motif/ gambar dari rambut disela-sela pelepah daun pohon kolang kaling, melahirkan motif batik kawung. Dari bungan kenikir lahir motif batik ceplok kembang kenikir, dari bunga asam lahir motif batik semen kembang asem, dari buah manggis lahir motif batik ceplok manggis, dari merekahnya bunga kecil lahirlah motif batik truntum, dari mata parang yang rusak lahirlah motif parang . Dan untuk pengisi ruang kosongnya diberi motif/ gambar bunga sirih, rembyang, cengkehan, bunga delima dan lain-lain. Warna batik yang merah putih itu asalnya darti warna gula kelapa, hijau putih dari gadung mlati , merah ibarat hutan terbakar.
          Ketika industrialisasi makin merebak, penggusuran hutan atau daerah pertanian dengan hayati dan nabatinya, juga perubahan cara berpikir masyarakat pendukung nilai-nilai filosofi batik, maka semakin jelas tergesernya filosofi agraris yang menjadi isi utama filosofi motif batik.
          Produk teknologi proses pembuatan batik printing dengan motif/gambar batik hasil rancangan komputer dengan variasi gambar dan kecerahan warna yang semarak ataupun yang norak pada dua decade terakhir ini telah menciptakan tekstil bermotif batik gaya baru.Meski pun mungkin isi filosofinya tak lagi agraris. Atau tanpa filosofi, sekedar keceriaan.Ada juga motif-motif batik dengan karya kreatif yang tidak terikat dengan filosofi agraris pada batik tradisional, seperti motif batik Wahyu tumurun, wirasat, sri kuncoro, Bokor kencana dan lain-lain.
          Setiap daerah memiliki ciri  warna khas dan motif batiknya. Kal;au di daerah Surakarta di pedalaman warna batik dikuasai sogan coklat, latar hitam/kelenga atau biru.

Motif hias batik tradisional

  • Sadum godang
    Kain adat ini memiliki warna-warna cerah. Ulos ini berupa selembar kain tenunan tangan berbagai corak dengan teknik pakan tambah dan kadang-kadang masih ditambah pula dengan manik-manik pada bagian tengah tenunan. Sadum ...





  • Batik wayang
    Batik ini berasal dari daerah Yogyakarta. Batik ini merupakan hasil modifikasi yang terinspirasi dari tokoh-tokoh pewayangan Yogyakarta. Yang khas dari batik ini selain dari motifnya juga dalam bidang warna yaitu perpaduan ...

  • Kain ikat Toraja
Motif "sekon" yaitu motif kain Toraja yang terdiri dari bentuk-bentuk meruncing, belah ketupat, segitiga dan bentuk anak panah. Bentuk-bentuk ini secara general melambangkan para leluhur/nenek moyang. Warna merah pada kain ini ...










  • Ulos ragidup

      Kain adat yaitu ulos yang disebut Ulos Ragidup. Ulos ragidup ini adalah kain adat yang mempunyai nilai adat tertinggi setelah ulos Jugia. Umumnya kain adat ini digun akan dalam upacara adat sebagai ...



  • Ulos suji 
    Kain adat atau ulos yang dikenal dengan nama Ulos Suji -- berasal dari kota Tarutung daerah Batak, Sumatra Utara. Kain ini kaya dan sarat dengan ragam hias songket dari benang emas. ...


    • Ragidup 
      Tenunan tradisional Batak dikenal dengan nama ulos. Kain adat ini digunakan untuk kepentingan adat masyarakat. Jenis ulos ini adalah Ragidup. Tenunan ini dibuat dengan alat tenun gedongan lungsi sinambung yang memanfaatkan ...


    • Patra in the Toraja society

          Ada gabungan 4 motif Toraja yaitu ne 'limbongan, pa 'bulu londong, pa 'kapu baka dan eight heads. Kombinasi warna terdiri dari 4 warna yaitu merah, hitam, putih, dan kuning sedangkan mot ifnya ...



    • Wadas singa
    Corak mode Wadas Singa menunjukkan sebuah kereta kuda Kerajaan Singabarong dari Kraton Kasepuhan Cirebon



    • Kain songket 
      Motif kain songket berasal dari Palembang Sumatera Selatan. Kain songket ini biasa digunakan sebagai selendang. Pada selendang, bagian tengah diberikan motif yang lebih rapat dan berbentuk geometris. 


    • Batik Cirebon
    Contoh daerah yang terkenal batiknya di Cirebon adalah daerah Trusmi. Dari daerah inilah lahir berbagai macam model dan corak kain batik khas Cirebon. Batik gaya Cirebon dikenal sebagai batik daerah pesisir. ...

    Pattern: batik dari Pekalongan
    Batik dari Pekalongan dengan motif kotak yang didalamnya terdapat ukiran yang menyerupai rangkaian bunga - yang memiliki nama motif 'musim gugur' yang biasa digunakan untuk upacara mina padi. Pattern dari daerah ...


    Kain prada 
    Kain Prada dibuat dengan menggunakan teknik "prada". Prada adalah cara menghias yang menggunakan warna keemasan dalam bentuk lapisan. Pelapisan dilakukan dengan zat perekat cair. Secara garis besar teknik prada dapat dibagi ...


    • Mandar
    "Mandar" yaitu merupakan satu stel sarung dan selendang bagi wanita yang dibuat dengan teknik songket pakan tambah. Kain ini kadang-kadang disebut ulos Suji dimana pada jaman dahulu didatangkan khusus dari Palembang ...



Sarung Ledo
Sabu adalah pulau kecil yang terletak pada deretan pulau bagian selatan Indonesia, tepatnya di antara Pulau Rote dan Sumba. Meskipun sekarang sebagian besar orang Sabu memeluk agama Kristen, sisa-sisa kepercayaan animisme ...


Batik tradisional Tuban
Batik ini berasal dari Kerek, Tuban yang merupakan hasil batik Gedhog yang mengalami modifikasi, sebagai karya batik yang mempunyai motif baru. Motif utama batik ini adalah 2 burung Phunik yang saling ...




Motif hias batik modern


Jangan ngaku orang Indonesia kalo ngga kenal yang namanya Batik. Batik merupakan warisan budaya yang adi luhung. Kain khas Indonesia ini (asli Indonesia loh! BUKAN Malaysia)  sudah terkenal hingga ke manca negara. Menurutku, keindahan batik ini salah satunya karena keindahan design/polanya. Ada macam-macam pola batik, baik yang tradisional maupun modern. Untuk pola batik tradisional antara lain seperti yang bisa dilihat di gambar atas (merupakan pola batik geometris)
Baris atas, dari kiri adalah pola batik Sidomukti, trus yang tengah Gagak Seta(ada hubungannya ma burung gagak ngga ya?!)  ‘n yang pinggir kanan, yang gambar bunga-bunga kecil itu namanya Tanjung Gunung. Sedangkan pada baris kedua, dari kiri ke kanan berturut-turut adalah: Kawung (aku suka ni pola, sederhana tapi bagus juga), Abimanyu (kok kaya’ nama tokoh pewayangan ya?!) ‘nSemar Mesem (Semar tu salah seorang tokoh punakawan dalam cerita wayang, sedangkan Mesem tu dalam bahasa Indonesia artinya tersenyum. Jadi… Semar yang lagi tersenyum. Lahh… bingung aku, apanya yang kaya Semar lagi tersenyum?! Au ahh… tanya aja ma penciptanya). Di baris ketiga adalah pola batik Gringing(Gringing apa Grinjing ya?! Atau jangan-jangan malah bukan dua-duanya. Waduh!!)Mohon maaf, untuk nama yang satu ini perlu aku konfirmasi dulu, ‘coz tulisannya ngga jelas, jadi mungkin ada kesalahan. Atau barangkali ada yang tau nama pola batik yang satu itu?!
Selain pola-pola tsb, masih banyak lagi pola yang lain. Maklumlah aku bukan ahli perbatikan, jadi ngga bisa nulis panjang lebar tentang batik. Pengetahuan yang cuma sedikit ini aja aku dapat waktu dolan ke Museum Sonobudoyo. Pinginnya kapan-kapan bisa maen ke Museum Batik, biar dapat informasi yang lebih banyak. ‘n pinginnya lagi bisa sekalian kursus membatik, kaya’nya aseek tuch. Ya ini sich baru sebatas keinginan, ngga tau kapan bisa direalisasikan hehehe.


Sekian dulu dari saya moga artikel ini bermanfaat.

Nb : mohon maaf untuk penerbit aslinya, dikarenakan saya lupa artikel ini dapat dari mana.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Unknown said...

Dulu batik hanya dipakai untuk acara tertentu saja sekarang banyak ragam, corak dan model sehingga yg dulu terkesan kuno, tapi sekarang terkesan lebih trendy dan gaul.
model gamis terbaru

Post a Comment